BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pelaksanaan
layanan Bimbingan Karir di sekolah dapatlah dipandang sebagai suatu proses yang
berkesinambungan melalui campur tangan atau intervensi kurikuler yang dapat
membantu para siswa di sekolah terutama dalam perencanaan karir, pembuatan
keputusan, perkembangan keterampilan, informasi karir dan pemahaman diri.
Pada
dasarnya pelaksanaan layanan Bimbingan Karir di sekolah berlangsung searah dan
sejalan dengan pendidikan karir. Suatu pilihan yang dijatuhkan oleh para siswa
akan mempunyai sangkut-paut dengan berbagai hal yang melatarbelakanginya.
Keputusan tentang jenis-jenis pekerjaan yang diinginkan barang tentu
bersangkut-paut dan berkaitan dengan pendidikan yang harus ditempuhnya untuk
mempersiapkan dirinya dalam pekerjaan yang diinginkannya. Sebaliknya, keputusan
tentang pendidikan yang akan ditekuninya mempunyai implikasi langsung terhadap
pekerjaan yang akan dibinanya setelah menamatkan pendidikannya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan pendidikan karir?
2.
Bagaimana model-model
pendidikan karir?
3.
Apa tujuan pendidikan
karir?
4.
Bagaimana peran
konselor dalam pendidikan karir?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian
pendidikan karir
2.
Mengetahui model-model
pendidikan karir
3.
Mengetahui tujuan
pendidikan karir
4.
Mengetahui peran
konselor dalam pendidikan karir
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan
Karir
Untuk memberikan pemahaman sepintas tentang
pendidikan karir, maka di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian tentang
bimbingan karir, di antaranya adalah:
American
Institute for Research, dalam bukunya yang
berjudul Career Education (1973),
mengemukakan
...
the development of the skills and knowledge through which individual students
may fulfill their own unique needs with regard to occupational choice, social
responsibility, leisure time activity and personal development.
Menurut
pengertian di atas, pendidikan karir adalah merupakan perkembangan daripada
kecakapan dan pengetahuan yang secara langsung menembus individu siswa agar
dapat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhannya yang unik dengan memperhatikan
beberapa aspek, di antaranya terhadap pilihan pekerjaan, tanggung jawab sosial,
kegiatan penggunaan waktu luang dan perkembangan pribadinya.
Lois-ellen
Datta dan Corinne H. Rieder, dalam bukunya Career
Education in the National Institude of Education: A Status Report (1973),
mengemukakan:
...
the development of knowledge and of special and general abilities to help
individuals and groups obtain, hold and advance in a job or a series of jobs constituting a career.
Pendidikan
karir dapat diartikan sebagai suatu perkembangan dari pengetahuan, kemampuan
umum dan kemampuan khusus guna membantu individu-individu dan kelompok-kelompok
untuk memperoleh pegangan dan mencapai kemajuan dalam pekerjaan, serta dalam merencanakan
suatu kar
Kenneth.
B. Hoyt dan Daryl Laramore, mengemukakan pendapatnya dalam artikel yang
berjudul The Counselor’s Role in Career Education yang dimuat dalam jurnal
American Personnel and Guidance Association (1974) menyatakan ... the totality of ways in which one learns
about work.
Pendidikan
karir merupakan totalitas dari usaha, jalan, atau cara yang terutama dan
satu-satunya ditempuh dalam proses belajar dan berkaitan dengan pekerjaan. Atau
dengan pengertian lain pendidikan yang dijalani oleh individu mempunyai
implikasi langsung terhadap pekerjaan yang akan dipilihnya setelah individu
bersangkutan menamatkan studinya.
Lebih
lanjut James C. Hansen, mengemukakan pendidikan karir adalah suatu proses atau
perkembangan yang bersifat seumur hidup, yang tujuannya adalah untuk membantu
individu memiliki kecakapan atau mempunyai pemahaman yang jelas tentang
alternatif kerja. Ditambah dengan membantu penyedian implementasi pemilihan
karir untuk memperoleh kepuasan dan produktivitas dalam lapangan atau kehidupan
kerja.
Berkaitan
dengan hal di atas, James C. Hansen, Richard R. Stevic dan Richard W. Warner.
Jr., mengungkapkan lima komponen pokok pendidikan karir dan merupakan
pencerminan dari aspek-aspek pokok kebutuhan yang harus dipenuhi dalam karirnya
yang dikutip dari pendapat Hoyt, sebagai berikut:
Pertama,
setiap pengalaman belajar hendaknya selalu diikuti oleh aplikasinya dengan
karir tertentu para siswa, guru, konselor, dan penasehat perlu diberikan
kesempatan untuk mengintegrasikan antara pengetahuan dengan pekerjaan yang
diembannya. Kedua, latihan keterampilan
yang diperlukan dalam rangka memasuki dunia kerja perlu diselenggarakan.
Ketiga, komponen ini pada intinya perlu memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk memahami dan menghayati nilai-nilai kerja yang berorientasi pada sosial
masyarakat. Keempat, kepada setiap siswa hendaknya diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk memasuki dunia kerja secara nyata. Kelima, ditekankan
pentingnya diidentifikasikan dan dipaparkan dihadapan para siswa aspirasi dari
orang tua terhadap dunia kerja, kesempatan kerja yang tersedia di masyarakat
dan sikap masyarakat terhadap dunia kerja yang tersedia.
B.
Model-model
Pendidikan Karir
Model-model
pendidikan kari yang dilaksanakan serta dipakai sebagai pola atau sebagai model
oleh Kantor Departemen Pendidikan, Amerika Serikat, secara singkat dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
School-based
Comprehensive Career Education
Sebagian
besar dari model ini ditekankan pada perkembangan dan memperluas lapangan
pendidikan karir yang bermanfaat dalam memasukkan berbgai konsep perkembangan
karir di Sekolah Dasar sampai dengan jenjang Sekolah Menengah Tingkat Atas.
Kesadaran karir (career awareness), diutamakan
penekanannya pada jenjang Sekolah Dasar, eksplorasi karir (career exploration) berlangsung pada tingkat SMP, persiapan karir (career preparation) dimulai tingkat SMA.
Lebih lanjut Edwin L. Herr, menggambarkan unsur-unsur pendidkan karir, di
antaranya:
Unsur
|
Hasil
|
Kesadaran
karir
|
Identitas
karir
|
Kesadaran
diri
|
Identitas
diri
|
Apresiai-apresiasi,
sikap
|
Kepuasan
diri dan sosial
|
Kemampuan
pembuatan keputusan
|
Keputusan
karir
|
Kesadaran
ekonomi
|
Pemahaman
ekonomis
|
Kesadaran
kecakapan bekerja dan kompetensi-kompotensi awal
|
Keterampilan
kecakapan bekerja
|
Keterampilan
kecakapan bekerja
|
Penempatan
karir
|
Kesadaran
pendidikan
|
Identitas
pendidikan
|
Sumber: Bruce Shertzer
and Shelly C. Stone. Funamental of
Guidance, 1976.
Untuk
memberikan gambaran yang jelas mengenai unsur-unsur yang dikembangkan melalui
pendidikan karir di atas secara terperinci diuraikan sebagai berikut:
a.
Kesadaran karir (career awareness), merupakan bentuk
pemahaman akan dunia kerja secara menyeluruh dan manfaat, atau maknanya bagi
kehidupannya. Unsur ini dikembangkan dan kemudian akan menghasilkan identitas
karir (career identity), yang
merupakan suatu realisasi dari perkembangan karir berupa kemajuan-kemajuan yang
telah dicapainya dalam tahap-tahap pendidikan dan pengalaman pekerjaannya.
b.
Kesadaran diri (self-awareness), yaitu bentuk
kesadaran yang dimiliki siswa terhadap
dirinya sendiri, kebutuhan-kebutuhannya, kekuatan dan kelemahan pribadinya,
serta potensi-potensi lainnya. Melalui pendidikan karir unsur dikembangkan dan
kemudian menghasilkan identitas diri (self
identity), yaitu berupa pengetahuan tentang dirinya sendiri yang bersifat
positif dan secara langsung dapat membantu dalam membuat keputusan kehidupan
karir.
c.
Apresiasi-apresiasi dan
sikap (appreciations attitudes), berupa
suatu sistem nilai terhadap karir dan bagaimana peranannya. Apresiasi dan sikap
ini dikembangkan melalui pendidikan karir dan menghasilkan kepuasan diri dan
sosial (self social fullfillment). Kepuasaan
diri dan sosial ini terjadi sebagai akibat dari adanya internalisasi
nilai-nilai dan peranan karir yang sekaligus dapat mengarahkan pada kegiatan
dan kepuasan dalam bekerja di masyarakat.
d.
Kemampuan pembuatan
keputusan (decision making skills), yaitu
bentuk pemahaman siswa terhadap tahapan-tahapan pembuatan keputusan, di
antaranya meliputi tindakan identifikasi alternatif, memilih alternatif dan
pelaksanaan alternatif. Melalui pendidikan karir akan dikembangkan unsur
ini dan menghasilkan keputusan karir (career decisions).
e.
Kesadaran ekonomis (economic awareness), kesadaran yang
dimiliki siswa terhadap relasi antara ekonomik pribadi, pola hidup dan
pekerjaan. Dengan melalui pendidikan karir akan dikembangkan unsur ini kemudian
menghasilkan pemahaman ekonomis (economic
understanding).
f.
Kesadaran kecakapan
bekerja dan kompetensi awal (skill
awareness and beginning competence), berupa dasar-dasar keterampilan
kognitif yang dituntut dalam mengidentifikasikan tujuan dari suatu tugas,
prosedur tugas, melaksanakan tugas-tugas dan mengadakan evaluasi. Melalui
pendidikan karir akan dikembangkan unsur ini dan kemudian menghasilkan
kecakapan bekerja (employment skills), yaitu
keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas yang dituntut.
g.
Keterampilan kecakapan
bekerja (employability skills), yaitu
berbagai bentuk keterampilan yang dituntut guna dapat secara langsung melakukan
berbagai tugas secara tepat. Melalui pendidikan karir unsur ini dikembangkan
kemudian menghasilkan penempatan karir (career
placement) yang tepat.
h.
Kesadaran pendidikan (educational awareness), suatu bentuk
pengenalan dari siswa tentang makna perkembangan keterampilan dasar dan
penguasaan pengetahuan dalam mencapai tujuan karir yang telah ditetapkan
melalui alur pendidika karir. Dengan demikian unsur ini akan menghasilkan
identitas pendidikan (career identity),
yaitu suatu keberhasilan pendidikan yang telah dicapai siswa yang kemudian
merupakan dasar keberhasilan karir.
2.
Employer based Career
Educational Model
Model
pendidikan karir di mana basisnya adalah pekerja, bermanfaat untuk merencanakan
alternatif-alternatif yang lebih komprehensif pada pendidikan umum. Dalam model
ini pendidikan ditekankan untuk siswa adalah dengan cara mengubah sistem
sekolah yang telah ada dengan sistem pendidikan untuk orang dewasa, pekerja,
dan kegiatan belajar dengan lingkungan dan mendemonstrasikan sesuatu yang
bersangkutpaut dengan pendidikan serta secara langsung melibatkan siswa dalam
operasi kerja dengan masyarakat. Menurut Herr, sistem belajar dengan lingkungan
adalah integral dengan model pendidikan
di mana basisnya adalah pekerja, bertujuan untuk:
a.
Mengulangi dan
memperkuat kompetensi siswa dan minatnya.
b.
Menyediakan kesempatan
kepada para siswa dalam bermacam-macam kegiataan dengan orang-orang lainnya,
tetapi terbatas pada kelompok teman sebaya dan guru-guru yang ada dalam
lingkungan sekolah.
c.
Mengembangkan suatu
kekuatan konsep diri (self concept) dan
secara langsung berpartisipasi dalam diri individu dan dalam program belajar
mandiri.
d.
Menyediakan
bermacam-macam kesempatan pada siswa untuk mendapatkan secara langsung
informasi yang tepat. Kesempatan-kesempatan yang ada dan syarat-syarat,
sertakeuntungan dan kerugian dari bermacam-macam pilihan karir.
3.
Home-based Career
Education Model
Model
pendidikan karir di mana basisnya adalah keluarga menitiberatkan kepada pemberian
penerangan untuk individu-individu, terutama untuk orsng dewasa, tentang adanya
berbagai macam atau jenis pekerjaan dan kesempatan-kesempatan untuk mengikuti
latihan dalam masyarakat dan menggunakan media massa sebagai sarana untuk
menjaing penduduk dalam program ini.
4.
Rural Residential-based
Career Education Model
Suatu
model pendidikan karir di mana basisnya adalah penduduk pedesaan. Model
pendidikan karir ini menitiberatkan untuk pekerja-pekerja di bawah umur dan
berbagai macam masalah keluarga-keluarga pedesaan. Model ini memberikan
bentuk-bentuk bantuan dengan melalui pendidikan remedial, konseling dan
memberikan penerangan dalam membina keluarga, dan memberikan berbagai
keterampilan alam mengembangkan keluarga.
Lebih lanjut G. J. Swanson,
dalam bukunya berjudul Concept in Career
Education (1971) memberikan beberapa contoh dan alasan kenapa
sekolah-sekolah memiliki tanggung untuk memberikan pendidikan karir, alasannya
adalah sebagai berikut:
a.
Pelaksanaan
rencana-rencana pendidikan ditujukan pada bentuk pengajaran yang melibatkan
kegiatan-kegiatan siswa di luar kelas.
b.
Memperluas
kursus-kursus yang mengarah kepada pekerjaan atau jabatan.
c.
Memperluas
pilihan-pilihan pendidikan siswa dan memiliki kebebasan untuk memasuki
pendidikan sambungan, serta memasuki dunia kerja.
d.
Memperluas pengalaman
kerja dan program studi dalam pekerjaan dalam rangka pengalaman eksplorasi
karir.
e.
Menciptakan suatu
sistem pendidikan dengan berbagai kemungkinan “masuk secara terbuka” dan
“keluar secara terbuka”.
f.
Mendirikan
kursus-kursus baru, kursus-kursus mini, unit-unit kursus yang ada dan pusat
percobaan dengan membangun dan menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
rangka eksplorasi, merencanakan karirnya.
C.
Tujuan
Pendidikan Karir
Institusi
program pendidikan karir di sekolah-sekolah pada umumnya dilaksanakan dengan
tujuan yaitu:
1)
Membantu para siswa
untuk dapat mengeksplorasi terhadap sekelompok pekerjaan.
2)
Menyiapkan dengan
berbagai informasi tentang karir dan pasar kerja secara luas
3)
Menyiapkan dan
melengkapi para siswa dengan kecakapan
umum dan kecakapan khusus serta memiliki keyakinan yang mantap dalam rangka
memasuki pekerjaan.
4)
Menyiapkan berbagai
bentuk bantuan dari konselor pada para siswa dalam proses perencanaan karir.
Lebih
lanjut Hoyt dan Lamore, dalam bukunya the counselor’s Role in Career
Educations, diterbitkan oleh American Personnel and Guidance Assocoation,
(1974) meninjau arah dan tujuan pendidikan karir di sekolah dari berbagai macam
tingkat dan umur, diantaranya:
1.
Kemampuan yang berpusat
pada kecakapan academia yang diadaptasikan untuk mempercepat peralihan sosial
masyarakat.
2.
Melengkapi dengan
kebiasaan untuk bekerja dengan baik.
3.
Mampu untuk memiliki
dan dapat menentukan pilihan tertentuterhadap nilai kerja dari suatu pekerjaan.
4.
Melengkapi dengan
kemampuan pembuatan keputusan , memburu pekerjaan dan keterampilan memperoleh
pekerjaan.
5.
Melengkapi dengan
kemampuan untuk bekerja pada suatu tahapan tertentu untuk memungkinkan bagi
para siswa untuk memasuki suatu pekerjaan dan kemudian mencapai suatu tangga
untuk sukses dalam bekerja dalam masyarakat.
6.
Melengkapi dengan
keputusan karir yang berpusat pada dirinya sendiri dari sekelompok-sekelompok
kemungkinan yang luas, serta kesempatan dalam pendidikan serta kaitannya dengan
pekerjaan.
7.
Tersedianya kesadaran
yang berarti pada diri siswa untuk memperoleh pendidikan secara kontinu atau
berulang-ulang kea rah system pendidkan formal.
8.
Kerhasilan dalam
pengelolaan penempatan pekerjaan, lebih lanjut dalam pendidikan ataupun
pekerjaan yang konsisten dengan keputusan-keputusan karir.
9.
Keberhasilan dalam
menggabungkan nilai-nilai pekerjaan kedalam keseluruhan bestruktur nilai
kepribadiannya adalah sesuatu yang mampu mereka lakukan untuk memilih suatu
gaya hidup yang diinginkan.
Herr
akhirnya memberikan kesimpulan tentang pendidikan karir berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.
1.
Suatu usaha untuk
mengurangi jurang pemisah antara pendidikan vocational dan pendidikan akademisi
2.
Suatu bidang usaha yang
menitikberatkan perhatiannya pada beberapa implikasi operational setiap tingkat
pendidikan atau tahapan dari taman kanak-kanak pra sekolah sampai tingkat
sekolah.
3.
Suatu proses untuk
memberikan jaminan dikeluarkannya setiap orang dari struktur pendidikan formal
untuk mendapat kemampuan kecakapan bekerja dalam pekerjaan dari beberapa tipe
pekerjaan tertentu.
4.
Suatu tanggapan
langsung terhadap pentingnya individu memperoleh kemudahan-kemudahan dalam
pembuatan keputusan.
5.
Suatu jalur dari
pertambahan pendidikan yang relevan atau berarti memberikan pendidikan yang
tepat pada saat ini pada sejumlah siswa.
6.
Suatu perencanaan untuk
memberikan kesempatan pendidikan dengan system terbuka.
7.
Suatu struktur yang
berkeinginan untuk mengadakan bentuk-bentuk kerjasama antara lain sebagai
unsure pendidikan yang ada disekolah, lapangan industry dan masyarakat.
8.
Suatu usaha yang
membutuhkan teknologi baru dan materi-materi pendidikan , misalnya program
individualisasi dan stimulasi.
9.
Suatu bentuk pendidikan
untukkepentingan semua siswa.
D.
Pendidikan
Karir Dan Konselor
Konselor-konselor
yang bertugas pada lembaga pendidikan untuk semua tingkat dan dalam setting non
pendidikan adalah secara professional melibatkan sesuai dengan kebutuhan dari
masing-masing lembaga. Tugas-tugas yang diemban oleh konselor professional baik
dalam setting pendidikan dan non pendidikan berkewajiban untuk melibatkan
dirirnya dalam program-program yang telah digariskannya dan merealisasikan
dirinya dengan tujuan pendidikan karir. Suatu program pendidikan karir akan
berfungsi efektif apabila dikaitkan
dengan perkembangan karir. Karena perkembangan adalah merupakan komponen dasar
dari pendidikan karir. Maka dari itu dalam pelaksanaan pendidikan karir
konselor professional sebagai bagian dari staf yang menangani program
pelaksanaan pendidikan karir memiliki peranan yang penting dan ikut menentukan
keberhasilan pelaksanaan program layanan pendidikan karir.
BAB III
PENUTUP
Pendidikan karir adalah
merupakan perkembangan daripada kecakapan dan pengetahuan yang secara langsung
menembus individu siswa agar dapat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhannya yang
unik dengan memperhatikan beberapa aspek, di antaranya terhadap pilihan
pekerjaan, tanggung jawab sosial, kegiatan penggunaan waktu luang dan
perkembangan pribadinya.
Model-model
pendidikan kari yang dilaksanakan serta dipakai sebagai pola atau sebagai model
oleh Kantor Departemen Pendidikan, Amerika Serikat, secara singkat dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
School-based
Comprehensive Career Education
2.
Employer
based Career Educational Model
3.
Home-based
Career Education Model
4.
Rural
Residential-based Career Education Model
Institusi
program pendidikan karir di sekolah-sekolah pada umumnya dilaksanakan dengan
tujuan yaitu:
1.
Membantu para siswa
untuk dapat mengeksplorasi terhadap sekelompok pekerjaan.
2.
Menyiapkan dengan
berbagai informasi tentang karir dan pasar kerja secara luas
3.
Menyiapkan dan
melengkapi para siswa dengan kecakapan
umum dan kecakapan khusus serta memiliki keyakinan yang mantap dalam rangka
memasuki pekerjaan.
4.
Menyiapkan berbagai
bentuk bantuan dari konselor pada para siswa dalam proses perencanaan karir.
Karena
perkembangan adalah merupakan komponen dasar dari pendidikan karir. Maka dari
itu dalam pelaksanaan pendidikan karir konselor professional sebagai bagian
dari staf yang menangani program pelaksanaan pendidikan karir memiliki peranan
yang penting dan ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan program layanan
pendidikan karir
DAFTAR
PUSTAKA
Sukardi, Dewa K.
1984. Bimbingan Karir Di Sekolah-sekolah.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar