Jumat, 29 April 2016

pendidikan karir bimbingan dan konseling

BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Pelaksanaan layanan Bimbingan Karir di sekolah dapatlah dipandang sebagai suatu proses yang berkesinambungan melalui campur tangan atau intervensi kurikuler yang dapat membantu para siswa di sekolah terutama dalam perencanaan karir, pembuatan keputusan, perkembangan keterampilan, informasi karir dan pemahaman diri.
Pada dasarnya pelaksanaan layanan Bimbingan Karir di sekolah berlangsung searah dan sejalan dengan pendidikan karir. Suatu pilihan yang dijatuhkan oleh para siswa akan mempunyai sangkut-paut dengan berbagai hal yang melatarbelakanginya. Keputusan tentang jenis-jenis pekerjaan yang diinginkan barang tentu bersangkut-paut dan berkaitan dengan pendidikan yang harus ditempuhnya untuk mempersiapkan dirinya dalam pekerjaan yang diinginkannya. Sebaliknya, keputusan tentang pendidikan yang akan ditekuninya mempunyai implikasi langsung terhadap pekerjaan yang akan dibinanya setelah menamatkan pendidikannya.
B.                Rumusan Masalah
1.                  Apa yang dimaksud dengan pendidikan karir?
2.                  Bagaimana model-model pendidikan karir?
3.                  Apa tujuan pendidikan karir?
4.                  Bagaimana peran konselor dalam pendidikan karir?
C.                Tujuan
1.                  Mengetahui pengertian pendidikan karir
2.                  Mengetahui model-model pendidikan karir
3.                  Mengetahui tujuan pendidikan karir
4.                  Mengetahui peran konselor dalam pendidikan karir
BAB II
PEMBAHASAN
A.              Pendidikan Karir
   Untuk memberikan pemahaman sepintas tentang pendidikan karir, maka di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian tentang bimbingan karir, di antaranya adalah:
American Institute for Research, dalam bukunya yang berjudul Career Education (1973), mengemukakan
... the development of the skills and knowledge through which individual students may fulfill their own unique needs with regard to occupational choice, social responsibility, leisure time activity and personal development.
Menurut pengertian di atas, pendidikan karir adalah merupakan perkembangan daripada kecakapan dan pengetahuan yang secara langsung menembus individu siswa agar dapat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhannya yang unik dengan memperhatikan beberapa aspek, di antaranya terhadap pilihan pekerjaan, tanggung jawab sosial, kegiatan penggunaan waktu luang dan perkembangan pribadinya.
Lois-ellen Datta dan Corinne H. Rieder, dalam bukunya Career Education in the National Institude of Education: A Status Report (1973), mengemukakan:
... the development of knowledge and of special and general abilities to help individuals and groups obtain, hold and advance in a job or a series of  jobs constituting a career.
Pendidikan karir dapat diartikan sebagai suatu perkembangan dari pengetahuan, kemampuan umum dan kemampuan khusus guna membantu individu-individu dan kelompok-kelompok untuk memperoleh pegangan dan mencapai kemajuan dalam pekerjaan, serta dalam merencanakan suatu kar
Kenneth. B. Hoyt dan Daryl Laramore, mengemukakan pendapatnya dalam artikel yang berjudul The Counselor’s Role in Career Education yang dimuat dalam jurnal American Personnel and Guidance Association (1974) menyatakan ... the totality of ways in which one learns about work.
Pendidikan karir merupakan totalitas dari usaha, jalan, atau cara yang terutama dan satu-satunya ditempuh dalam proses belajar dan berkaitan dengan pekerjaan. Atau dengan pengertian lain pendidikan yang dijalani oleh individu mempunyai implikasi langsung terhadap pekerjaan yang akan dipilihnya setelah individu bersangkutan menamatkan studinya.
Lebih lanjut James C. Hansen, mengemukakan pendidikan karir adalah suatu proses atau perkembangan yang bersifat seumur hidup, yang tujuannya adalah untuk membantu individu memiliki kecakapan atau mempunyai pemahaman yang jelas tentang alternatif kerja. Ditambah dengan membantu penyedian implementasi pemilihan karir untuk memperoleh kepuasan dan produktivitas dalam lapangan atau kehidupan kerja.
Berkaitan dengan hal di atas, James C. Hansen, Richard R. Stevic dan Richard W. Warner. Jr., mengungkapkan lima komponen pokok pendidikan karir dan merupakan pencerminan dari aspek-aspek pokok kebutuhan yang harus dipenuhi dalam karirnya yang dikutip dari pendapat Hoyt, sebagai berikut:
Pertama, setiap pengalaman belajar hendaknya selalu diikuti oleh aplikasinya dengan karir tertentu para siswa, guru, konselor, dan penasehat perlu diberikan kesempatan untuk mengintegrasikan antara pengetahuan dengan pekerjaan yang diembannya.  Kedua, latihan keterampilan yang diperlukan dalam rangka memasuki dunia kerja perlu diselenggarakan. Ketiga, komponen ini pada intinya perlu memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami dan menghayati nilai-nilai kerja yang berorientasi pada sosial masyarakat. Keempat, kepada setiap siswa hendaknya diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memasuki dunia kerja secara nyata. Kelima, ditekankan pentingnya diidentifikasikan dan dipaparkan dihadapan para siswa aspirasi dari orang tua terhadap dunia kerja, kesempatan kerja yang tersedia di masyarakat dan sikap masyarakat terhadap dunia kerja yang tersedia.


B.                Model-model Pendidikan Karir

Model-model pendidikan kari yang dilaksanakan serta dipakai sebagai pola atau sebagai model oleh Kantor Departemen Pendidikan, Amerika Serikat, secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1.             School-based Comprehensive Career Education
Sebagian besar dari model ini ditekankan pada perkembangan dan memperluas lapangan pendidikan karir yang bermanfaat dalam memasukkan berbgai konsep perkembangan karir di Sekolah Dasar sampai dengan jenjang Sekolah Menengah Tingkat Atas. Kesadaran karir (career awareness), diutamakan penekanannya pada jenjang Sekolah Dasar, eksplorasi karir (career exploration) berlangsung pada tingkat SMP, persiapan karir (career preparation) dimulai tingkat SMA. Lebih lanjut Edwin L. Herr, menggambarkan unsur-unsur pendidkan karir, di antaranya:

Unsur
Hasil
Kesadaran karir
Identitas karir
Kesadaran diri
Identitas diri
Apresiai-apresiasi, sikap
Kepuasan diri dan sosial
Kemampuan pembuatan keputusan
Keputusan karir
Kesadaran ekonomi
Pemahaman ekonomis
Kesadaran kecakapan bekerja dan kompetensi-kompotensi awal
Keterampilan kecakapan bekerja
Keterampilan kecakapan bekerja
Penempatan karir
Kesadaran pendidikan
Identitas pendidikan
Sumber: Bruce Shertzer and Shelly C. Stone. Funamental of Guidance, 1976.
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai unsur-unsur yang dikembangkan melalui pendidikan karir di atas secara terperinci diuraikan sebagai berikut:
a.                  Kesadaran karir (career awareness), merupakan bentuk pemahaman akan dunia kerja secara menyeluruh dan manfaat, atau maknanya bagi kehidupannya. Unsur ini dikembangkan dan kemudian akan menghasilkan identitas karir (career identity), yang merupakan suatu realisasi dari perkembangan karir berupa kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam tahap-tahap pendidikan dan pengalaman pekerjaannya.
b.                  Kesadaran diri (self-awareness), yaitu bentuk kesadaran  yang dimiliki siswa terhadap dirinya sendiri, kebutuhan-kebutuhannya, kekuatan dan kelemahan pribadinya, serta potensi-potensi lainnya. Melalui pendidikan karir unsur dikembangkan dan kemudian menghasilkan identitas diri (self identity), yaitu berupa pengetahuan tentang dirinya sendiri yang bersifat positif dan secara langsung dapat membantu dalam membuat keputusan kehidupan karir.
c.                  Apresiasi-apresiasi dan sikap (appreciations attitudes), berupa suatu sistem nilai terhadap karir dan bagaimana peranannya. Apresiasi dan sikap ini dikembangkan melalui pendidikan karir dan menghasilkan kepuasan diri dan sosial (self social fullfillment). Kepuasaan diri dan sosial ini terjadi sebagai akibat dari adanya internalisasi nilai-nilai dan peranan karir yang sekaligus dapat mengarahkan pada kegiatan dan kepuasan dalam bekerja di masyarakat.
d.                 Kemampuan pembuatan keputusan (decision making skills), yaitu bentuk pemahaman siswa terhadap tahapan-tahapan pembuatan keputusan, di antaranya meliputi tindakan identifikasi alternatif, memilih alternatif dan pelaksanaan alternatif. Melalui pendidikan karir akan dikembangkan unsur ini  dan menghasilkan keputusan karir (career decisions).
e.                  Kesadaran ekonomis (economic awareness), kesadaran yang dimiliki siswa terhadap relasi antara ekonomik pribadi, pola hidup dan pekerjaan. Dengan melalui pendidikan karir akan dikembangkan unsur ini kemudian menghasilkan pemahaman ekonomis (economic understanding).
f.                   Kesadaran kecakapan bekerja dan kompetensi awal (skill awareness and beginning competence), berupa dasar-dasar keterampilan kognitif yang dituntut dalam mengidentifikasikan tujuan dari suatu tugas, prosedur tugas, melaksanakan tugas-tugas dan mengadakan evaluasi. Melalui pendidikan karir akan dikembangkan unsur ini dan kemudian menghasilkan kecakapan bekerja (employment skills), yaitu keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas yang dituntut.
g.                  Keterampilan kecakapan bekerja (employability skills), yaitu berbagai bentuk keterampilan yang dituntut guna dapat secara langsung melakukan berbagai tugas secara tepat. Melalui pendidikan karir unsur ini dikembangkan kemudian menghasilkan penempatan karir (career placement) yang tepat.
h.                  Kesadaran pendidikan (educational awareness), suatu bentuk pengenalan dari siswa tentang makna perkembangan keterampilan dasar dan penguasaan pengetahuan dalam mencapai tujuan karir yang telah ditetapkan melalui alur pendidika karir. Dengan demikian unsur ini akan menghasilkan identitas pendidikan (career identity), yaitu suatu keberhasilan pendidikan yang telah dicapai siswa yang kemudian merupakan dasar keberhasilan karir.
2.                  Employer based Career Educational Model
Model pendidikan karir di mana basisnya adalah pekerja, bermanfaat untuk merencanakan alternatif-alternatif yang lebih komprehensif pada pendidikan umum. Dalam model ini pendidikan ditekankan untuk siswa adalah dengan cara mengubah sistem sekolah yang telah ada dengan sistem pendidikan untuk orang dewasa, pekerja, dan kegiatan belajar dengan lingkungan dan mendemonstrasikan sesuatu yang bersangkutpaut dengan pendidikan serta secara langsung melibatkan siswa dalam operasi kerja dengan masyarakat. Menurut Herr, sistem belajar dengan lingkungan adalah integral dengan  model pendidikan di mana basisnya adalah pekerja, bertujuan untuk:
a.                  Mengulangi dan memperkuat kompetensi siswa dan minatnya.
b.                  Menyediakan kesempatan kepada para siswa dalam bermacam-macam kegiataan dengan orang-orang lainnya, tetapi terbatas pada kelompok teman sebaya dan guru-guru yang ada dalam lingkungan sekolah.
c.                  Mengembangkan suatu kekuatan konsep diri (self concept) dan secara langsung berpartisipasi dalam diri individu dan dalam program belajar mandiri.
d.                 Menyediakan bermacam-macam kesempatan pada siswa untuk mendapatkan secara langsung informasi yang tepat. Kesempatan-kesempatan yang ada dan syarat-syarat, sertakeuntungan dan kerugian dari bermacam-macam pilihan karir.
3.                  Home-based Career Education Model
Model pendidikan karir di mana basisnya adalah keluarga menitiberatkan kepada pemberian penerangan untuk individu-individu, terutama untuk orsng dewasa, tentang adanya berbagai macam atau jenis pekerjaan dan kesempatan-kesempatan untuk mengikuti latihan dalam masyarakat dan menggunakan media massa sebagai sarana untuk menjaing penduduk dalam program ini.
4.                  Rural Residential-based Career Education Model
Suatu model pendidikan karir di mana basisnya adalah penduduk pedesaan. Model pendidikan karir ini menitiberatkan untuk pekerja-pekerja di bawah umur dan berbagai macam masalah keluarga-keluarga pedesaan. Model ini memberikan bentuk-bentuk bantuan dengan melalui pendidikan remedial, konseling dan memberikan penerangan dalam membina keluarga, dan memberikan berbagai keterampilan alam mengembangkan keluarga.
 Lebih lanjut G. J. Swanson, dalam bukunya berjudul Concept in Career Education (1971) memberikan beberapa contoh dan alasan kenapa sekolah-sekolah memiliki tanggung untuk memberikan pendidikan karir, alasannya adalah sebagai berikut:
a.              Pelaksanaan rencana-rencana pendidikan ditujukan pada bentuk pengajaran yang melibatkan kegiatan-kegiatan siswa di luar kelas.
b.             Memperluas kursus-kursus yang mengarah kepada pekerjaan atau jabatan.
c.              Memperluas pilihan-pilihan pendidikan siswa dan memiliki kebebasan untuk memasuki pendidikan sambungan, serta memasuki dunia kerja.
d.             Memperluas pengalaman kerja dan program studi dalam pekerjaan dalam rangka pengalaman eksplorasi karir.
e.              Menciptakan suatu sistem pendidikan dengan berbagai kemungkinan “masuk secara terbuka” dan “keluar secara terbuka”.
f.              Mendirikan kursus-kursus baru, kursus-kursus mini, unit-unit kursus yang ada dan pusat percobaan dengan membangun dan menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka eksplorasi, merencanakan karirnya.

C.                Tujuan Pendidikan Karir

Institusi program pendidikan karir di sekolah-sekolah pada umumnya dilaksanakan dengan tujuan yaitu:
1)                  Membantu para siswa untuk dapat mengeksplorasi terhadap sekelompok pekerjaan.
2)                  Menyiapkan dengan berbagai  informasi  tentang karir dan pasar kerja secara luas
3)                  Menyiapkan dan melengkapi  para siswa dengan kecakapan umum dan kecakapan khusus serta memiliki keyakinan yang mantap dalam rangka memasuki pekerjaan.
4)                  Menyiapkan berbagai bentuk bantuan dari konselor pada para siswa dalam proses perencanaan karir.
Lebih lanjut Hoyt dan Lamore, dalam bukunya the counselor’s Role in Career Educations, diterbitkan oleh American Personnel and Guidance Assocoation, (1974) meninjau arah dan tujuan pendidikan karir di sekolah dari berbagai macam tingkat dan umur, diantaranya:
1.                  Kemampuan yang berpusat pada kecakapan academia yang diadaptasikan untuk mempercepat peralihan sosial masyarakat.
2.                  Melengkapi dengan kebiasaan untuk bekerja dengan baik.
3.                  Mampu untuk memiliki dan dapat menentukan pilihan tertentuterhadap nilai kerja dari suatu pekerjaan.
4.                  Melengkapi dengan kemampuan pembuatan keputusan , memburu pekerjaan dan keterampilan memperoleh pekerjaan.
5.                  Melengkapi dengan kemampuan untuk bekerja pada suatu tahapan tertentu untuk memungkinkan bagi para siswa untuk memasuki suatu pekerjaan dan kemudian mencapai suatu tangga untuk sukses dalam bekerja dalam masyarakat.
6.                  Melengkapi dengan keputusan karir yang berpusat pada dirinya sendiri dari sekelompok-sekelompok kemungkinan yang luas, serta kesempatan dalam pendidikan serta kaitannya dengan pekerjaan.
7.                  Tersedianya kesadaran yang berarti pada diri siswa untuk memperoleh pendidikan secara kontinu atau berulang-ulang kea rah system pendidkan formal.
8.                  Kerhasilan dalam pengelolaan penempatan pekerjaan, lebih lanjut dalam pendidikan ataupun pekerjaan yang konsisten dengan keputusan-keputusan karir.
9.                  Keberhasilan dalam menggabungkan nilai-nilai pekerjaan kedalam keseluruhan bestruktur nilai kepribadiannya adalah sesuatu yang mampu mereka lakukan untuk memilih suatu gaya hidup yang diinginkan.
Herr akhirnya memberikan kesimpulan tentang pendidikan karir berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.
1.                  Suatu usaha untuk mengurangi jurang pemisah antara pendidikan vocational dan pendidikan akademisi
2.                  Suatu bidang usaha yang menitikberatkan perhatiannya pada beberapa implikasi operational setiap tingkat pendidikan atau tahapan dari taman kanak-kanak pra sekolah sampai tingkat sekolah.
3.                  Suatu proses untuk memberikan jaminan dikeluarkannya setiap orang dari struktur pendidikan formal untuk mendapat kemampuan kecakapan bekerja dalam pekerjaan dari beberapa tipe pekerjaan tertentu.
4.                  Suatu tanggapan langsung terhadap pentingnya individu memperoleh kemudahan-kemudahan dalam pembuatan keputusan.
5.                  Suatu jalur dari pertambahan pendidikan yang relevan atau berarti memberikan pendidikan yang tepat pada saat ini pada sejumlah siswa.
6.                  Suatu perencanaan untuk memberikan kesempatan pendidikan dengan system terbuka.
7.                  Suatu struktur yang berkeinginan untuk mengadakan bentuk-bentuk kerjasama antara lain sebagai unsure pendidikan yang ada disekolah, lapangan industry dan masyarakat.
8.                  Suatu usaha yang membutuhkan teknologi baru dan materi-materi pendidikan , misalnya program individualisasi dan stimulasi.
9.                  Suatu bentuk pendidikan untukkepentingan semua siswa.

D.              Pendidikan Karir Dan Konselor

Konselor-konselor yang bertugas pada lembaga pendidikan untuk semua tingkat dan dalam setting non pendidikan adalah secara professional melibatkan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing lembaga. Tugas-tugas yang diemban oleh konselor professional baik dalam setting pendidikan dan non pendidikan berkewajiban untuk melibatkan dirirnya dalam program-program yang telah digariskannya dan merealisasikan dirinya dengan tujuan pendidikan karir. Suatu program pendidikan karir akan berfungsi  efektif apabila dikaitkan dengan perkembangan karir. Karena perkembangan adalah merupakan komponen dasar dari pendidikan karir. Maka dari itu dalam pelaksanaan pendidikan karir konselor professional sebagai bagian dari staf yang menangani program pelaksanaan pendidikan karir memiliki peranan yang penting dan ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan program layanan pendidikan karir.


BAB III
PENUTUP
Pendidikan karir adalah merupakan perkembangan daripada kecakapan dan pengetahuan yang secara langsung menembus individu siswa agar dapat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhannya yang unik dengan memperhatikan beberapa aspek, di antaranya terhadap pilihan pekerjaan, tanggung jawab sosial, kegiatan penggunaan waktu luang dan perkembangan pribadinya.
Model-model pendidikan kari yang dilaksanakan serta dipakai sebagai pola atau sebagai model oleh Kantor Departemen Pendidikan, Amerika Serikat, secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1.                  School-based Comprehensive Career Education
2.                  Employer based Career Educational Model
3.                  Home-based Career Education Model
4.                  Rural Residential-based Career Education Model
Institusi program pendidikan karir di sekolah-sekolah pada umumnya dilaksanakan dengan tujuan yaitu:
1.                  Membantu para siswa untuk dapat mengeksplorasi terhadap sekelompok pekerjaan.
2.                  Menyiapkan dengan berbagai  informasi  tentang karir dan pasar kerja secara luas
3.                  Menyiapkan dan melengkapi  para siswa dengan kecakapan umum dan kecakapan khusus serta memiliki keyakinan yang mantap dalam rangka memasuki pekerjaan.
4.                  Menyiapkan berbagai bentuk bantuan dari konselor pada para siswa dalam proses perencanaan karir.
Karena perkembangan adalah merupakan komponen dasar dari pendidikan karir. Maka dari itu dalam pelaksanaan pendidikan karir konselor professional sebagai bagian dari staf yang menangani program pelaksanaan pendidikan karir memiliki peranan yang penting dan ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan program layanan pendidikan karir 

DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, Dewa K. 1984. Bimbingan Karir Di Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar